Saya punya seorang tetangga, tetapi tetanga
yang satu ini istimewa karena tetangga ini sudah dianggap seperti menjadi
“satu” bagian dalam keluarga saya. Namanya Yatno, tetapi saya dan kakak saya
lebih condong memanggil dengan sebutan “bapak”. Dipanggilnya menjadi bapak
karena sewaktu saya kecil dulu sering diasuh oleh Bapak Yatno ini, juga tidak
berbeda dengan kakak saya yang bahkan diasuh sampai umur 3 tahun.
Hingga
sekarangpun saya masih memanggil orang tua bermotor Yamaha vega tersebut dengan
sebutan bapak, padahal ‘bapak’ itu sebenarnya mengacu pada sebutan untuk orang
tua kandung yang sejatinya saya tak punya hubungan darah apapun dengan Bapak
Yatno tersebut. Sedangkan orang tua kandung saya, saya panggil dengan sebuan
mamah dan papah. Hingga suatu ketika ada penyakit yang menjangkiti istri Bapak
Yatno yang kemudian berujung meninggalnya pujaan hati Bapak Yatno tersebut. Saya bisa melihat raut
wajah Bapak Yatno yang mensiratkan kepasrahan akan ditinggal istrinya. Sampai
suatu hari ..
Pada
suatu hari sehabis hujan, Bapak Yatno dating ke rumah saya,
semula beliau menanyakan tentang dvd playernya yang rusak dan dan meminta
solusi pada ayah saya yang memang seorang tukang servis elektronik. Kemudian
pembicaraan pun mencabang hingga Bapak Yatno berani berucap tentang kegundahan
hatinya setelah ditinggal sang istri kini malahan hadir seorang wanita yang
mau mengisi kekosongan hatinya, hal
ini membuat Bapak Yatno menjadi salah
tingkah dan meminta saran dari mamah saya agar tidak semakin terjerumus dalam
lingkup cinta yang lebih dalam, namun mamah saya malah menyarankan sebaliknya.
Mendengar cerita keluhan dari Bapak Yatno tadi membuat saya bisa tertawa,
karena ternyata orang tua yang rambutnya sudah mulai beruban bisa juga jatuh
cinta. Salut Pak Yatno.
0 komentar:
Posting Komentar