Pernahkah
anda – anda semua membaca sebuah novel ? Dan pernahkah anda merasa terhanyut hingga seperti menjadi
satu bagian dalam novel tersebut? Jika pernah berarti anda mempunyai
penghayatan yang tinggi terhadap suatu bacaan. Penyebab dari hal diatas
terdapat dua faktor, faktor pertama adalah penulis dai novel tersebut yang
memang mahir dalam hal mengaduk emosi pembacanya atau, faktor kedua yaitu memanganda si pembaca yang sedang
sangat menghayati kajian dari novel tersebut sehingga anda merasa terbuai dalam
kata demi kata di novel tersebut.
Namun
pernahkah anda merasa terhanyut dalam sebuah peringatan upacara bendera? Pasti
kebanyakan dari anda semua tidak menghayati atau malahan mengabaikan upacara
itu sendiri, tetapi tenang saja anda tidak seorang diri masih banyak orang di
Indonesia termasuk saya yang kalau saat upacara bendera tidak memperrhatikan upacara
itu sendiri. Namun sekarang saya tidak lagi (meskipun terkadang kumat
gojeknya), semenjak saya membaca buku Perang Kemerdekaan Indonesia susunan
Nugroho Notosusanto saya menjadi sadar akan betapa historisnya ketika Jendral
Soedirman memeimpin perang gerilya walau sakit parah dan juga ketika I Gusti
Ngurah Rai dan
pasukannya yang hanya bersenjatakan pistol dan senapan melawan pasukan Sekutu
yang lengkap dengan kendarran berlapis baja & pesawat pembom berjuang mati
– matian walaupun akhirnya keseluruhan pasukan I Gusti Ngurah Rai gugur
berkalang tanah.
Untuk
itulah kawan, marilah kita renungkan sejenak makna hakiki dari perjuangan
bangsa Indonesia. Walaupun kita belum merasakan pahitnya peperangn namun apa
salahnya jika kita menghayati peringatan upacara bendera seperti kita
menghayati novel bacaan. Semoga hati anda bisa tersentuh kawaan, akhiri ini
marilah kita Mengheningkan Cipta sejenak,
Dengan seluruh angkasa raya memuja,
pahlawan Negara
Nan gugur remaja diridhoan bendera, bela
nusa bangsa
Kau ku kenang wahai bunga putra bangsa,
Harga… Jasa…
Kau jaya pelita bagi Indonesia merdeka.
0 komentar:
Posting Komentar