SEKEJAB BERBUNGA – BUNGA

Sabtu, 25 Oktober 2014 0 komentar


Muka Fian linglung kemudian berkata, “ ini serius kan ? ”

“ Benar, ini serius malah bisa dibilang sangat serius ” kata Nadia.

Fian pun menyadari bahwa kejadian ini bukan mimpi tapi kenyataan di dalam kehidupan. Setelah mengetahui bahwa cintanya telah kesampaian kepada Nadia, tak menunggu lama Fian pun berlonjak kegirangan, dia dekati dan memeluk Nadia dengan pelukan kebahagian tida tara. Matanya yang tadi sembab kini kembali berurai air mata, air mata kegembiraan. Setelah sesaat menghabiskan waktu bersama, akhirnya mereka berdua berpisah, senyum mengembang di wajah keduanya.
              
               Keesokan harinya Fian kembali bersiap untuk menjelajahi hari baru, seakan Fian sekarang memiliki semangat hidup baru setelah kemarin sibuk termangu – mangu meratapi kejadian ditolaknya cintanya. Begitu melihat Nadia di taman, serentakdia langsung menghampirinya. Dalam pikiran Fian, dia teringat pada masa lalunya, saat dia hanya memendam rasa cintanya atau lebih tepatnya yaitu jatuh cinta diam – diam. Orang yang sedang mengalami peristiwa ini mengetahui segala sesuatu, seluk beluk apa yang ada pada orang yang dicintainya, namun tak berani mengungkapkannya. Sehingga cintanya tak kesampaian, cinta yang terlalu lama dipendam biasanya menjadi penyesalan. Namun kini keadaannya berbalik 180°, Fian mendapatkan Nadia ynag sedari dulu telah ia taksir, sedangkan Nadia senang setelah mengetahui bahwa cinta Fian tulus dari hatinya.
                
                Hari demi hari silih berganti, hubungan antara Nadia dengan Fian pun ikut silih beranti, terkadang merenggang juga terkadang membaik. Hati Fian sekarang ini sedang kasmaran, serasa penuh warna dan keceriaan juga diliputi senandung kebahagiaan, Fian terbuai oleh indahnya cinta hingga segalanya ini menciptakan sebuah memory manis baik di hati Fian maupun hati Nadia. Kadang kala pada waktu hari sudah senja, dua sepasang anak muda ini menghabiskan hari dengan bercengkrama membahas segala hal dengan ditemani pudaran sinar jingga dari matahari yang terbenam. Setlah puas melihat sunset, mereka pun melanjutkan melihat kelap kelip bintang di langit yang masih terlihat terang karena mereka tinggal di desa yang masih minim penerangannya sehingga cahaya bintang masih dapat terlihat. “ Kamu tau nama bintang terang itu ? ” kata Nadia sambil menunjuk ke arah timur.

“ Oooh bintang itu, bintang laut namanya ” ujar Fian sambil tertawa terkekeh mencairkan suasana.

“ Ini beneran, kamu tau nggak itu bintang ? ”

“ Nggak ” kata Fian dengan nada cengoh

“ Itu sebenarnya bukanlah bintang ” kata Nadia dengan suara tenang

“ Hla terus apa ? Lampu Neon ” kata Fian dengan nada melawak

“ Itu planet venus ” ucap Nadia dengan serius

“ Venus ? Ooh yang jadi saudara kembar bumi itu, wujudnya seperti itu ”

“ Iya, planet kedua dalam susunan tata surya kita ini, suhunya bisa mencapai 430° kalau siang hari ”

“ E...iyaa benar itu, di buku IPA kelas 6 SD ada tuhh ” kata Fian agar terlihat nyambung, padahal sebenarnya dia tidak mengetahui apa – apa tentang venus.

Lama sekali Fian dan Nadia berbincang mengenai tata surya hingga sampai membahas gerhana bulan menyebabhkan pasang surut air laut. Kali ini Nadia lebih banyak yang bercerita sedangkan Fian hanya merespon saja. Ketika hari sudah menjelang larut malam, udara semakin dingin, keduanya memutuskan untuk kembali ke rumah masing – masing untuk menyiapkan segala sesuatu di eseok hari.
                Hari ini, hari baru Fian terbangun dari tidur lelapnya dengan wajah kasmaran. Mimpi yang terjadi di otak Fian saat tidur tadi sungguhlah indah. Di dalam mimpi itu Fian bersama Nadia seperti bergandengan tangan dan menari – nari hingga lupa waktu, Ia merasa dalam mimpi tersebut seakan dunia ini hanya milik berdua. Di dalam mimpi itu juga Fian dapat merasakan dekapan hangat dari tunuh Nadia dan juga ciuman mesra yang bisa membuat pikiran gundah seketika. Tapi semua itu hanya mimpi belaka, bukan realita dalam dunia nyata. Fian pun bersiap dan berangkat menemui Nadia, tapi apa daya ketika melihat rumah Nadia hilang!! Hati Fian pun gusar, kacau, bingung, shock, cemas dan tak tahu harus berbuat apa. Saking terpananya melihat kejadian hilangnya rumah Nadia, tiba – tiba muncul raksasa dengan wajah seram, matanya menyala dan sekujur tubuhnya penuh dengan bulu dan daun – daunan kasar. Fian memucat pasi, kemudian raksasa berlari mendekat! dan… Fian seketika tersadar, jam menunjukkan angka 6, Fian sekarang baru betul – betul  bangun dari tidurnya. Mimpi Fian sangat aneh, di dalam mimpi Fian, Fian bermimpi lagi. Fian pun kebingungan menyikapi ini. Ataukah ini pertanda bahwa ada sesuatu yang aneh akan terjadi ? Fian pun bergegas beranjak dari tempat tidurnya.
               
                   Kini tepat 1 tahun Fian memadu cinta bersama Nadia, banyak kenangan ynag tersimpan di dalam pikiran mereka berdua. Kini telah tiba saatnya mereka harus berpisah, pertengkaran antara keduanya memang telah mejadi bukti bahwa jalan asmara mereka harus berhenti disini. Fian dan Nadia pun punya alasan masing – masing untuk mengakhiri drama percintaan ini. Saat drama romantisme keduanya ini berakhir, keduanya diliputi oleh rasa kesal, marah dan benci akibat imbas dari pertengkaran, akan tetapi kelak pada hari – hari yang akan datang, keduanya akan diliputi oleh rasa kangen, kenapa dulu aku berbuat seperti itu, ingin mengulang kembali masa lalu.

     Cinta ini memang aneh, ibarat panah yang telah menembus leher sang ksatria yang kemudian menancap di sebatang pohon, bercak darah si ksatria masih melekat pada panahnya. Sedangkan sang ksatria hanya akan mati dengan raungan kematian yang memilukan.

Pucuk Dicinta, Air Matapun Menetes Jua

Sabtu, 18 Oktober 2014 0 komentar


              Seorang laki – laki tampak bersandar pada sebuah pohon , pikirannya menerawang jauh ke atas disertai pandangan yang mengadah melihat awan yang bergerak beriringan dengan hembusan angin semilir yang nampak serasi. Tak terasa air matanya menetes membasahi pipinya. Hingga terlalu sedih hatinya sampai tak menyadari bahwa ada seorang yang cantik jelita berdiri mematung dibelakangnya.
              
              Kembali ke seminggu yang lalu ketika seorang lelaki bernama Fian sedang termangu – mangu memandang sebuah foto wanita sambil bergumam “Ooh, Nadia andaikan kau jadi kekasihku, betapa gembiranya hati ini. Parasmu yang cantik, membuatku terpana ketika pertama melihatmu, tetapi hatimu sudah ada yang memiliki.” saking lamanya bergumam, Fian tak sadar hingga terdengar teriakan kera,
“Fiiiaan!! Bantu ibu nak !.”  Tanpa menunggu lama, Fian yang sejatinya lagi bimbang segera melangkah menembus pintu belakang rumahnya . Keesokan harinya Fian masuk sekolah, disana ia curhat kepada sahabatnya Adhiem bahwa sebenarnya ia mencintai Nadia namun tak berani mengungkapkannya. Adhiem  yang sejatinya sangat loyal kepada semua temannya kemudian berkata dengan suara sedikit pongah namun tegas “Jika kamu sungguh mencintai Nadia, buktikanlah, temui dia lalu nyatakan perasaanmu dan jangan buatlah dia senyaman mungkin bersamamu.

” Fian tersenyum, tetapi berselang berubah menjadi sedikit tegang

“Aku tak berani , Dhiem ”. Adhiem pun mengernyitkan alisnya, kemudian sambil berpaling dia berkata “Cobalah saja dulu, setelah berhasil kamu pasti akan bahagia.”,

 “Tapi kalau gagal ?” sahut Fian sembari menyobek secarik kertas, sedangkan Adhiem hanya diam membisu.
               
                Seharian Fian merenungi perkataan Adhiem tadi, antara menuruti perkataannya atau tidak. Sebenarnya pikiran Fian selalu condong melakukan apa yang dikatakan Adhiem, tetapi setiap kali itu juga muncul ingatan untuk tidak menuruti perkataan Fian. Akhirnya setelah berfikir keras. Fian memilih untuk menuruti perkataan Adhiem mengingat ia sangat mencintai Nadia, keesokan harinya dengan semangat,Fian berjalan tegtap menyusuri lorong sekolah, sampai akhirnya ia berada di depan kelas Nadia. Namuun apa yang terjadi ? Fian tak acuh dengan kelas Nadia dan berjalan lurus meninggalkan kelas tersebut. Ooo.. ternyata tempat yang dituju Fian adalah perpustakaan, disana ia mencari buku. Buku Puisi Pilihan judulnya, Fian berasumsi bahwa dengan seonggok puisi ia bisa menaklukkan hati wanita pujaannya.
               
                Embun menyejukkan hati, semerbak wangi bunga menyambut Fian pada Sabtu pagi itu. Berbekal sepucuk bunga dan sebuah puisi, Fian bertekad menemui Nadia di koridor sekolah. Semuanya telah direncanakan Fian masak – masak, mulai dari berbasa – basi, penyerahan puisi kemudian pernyataan cinta. Namun Fian tak menyangka kalau ada perubahan rencana mendadak, di dekat taman sekolah Nadia terlihat berdiri kemudian menegurnya,” Kamu Fian kan ??, salam kenal  dong” kata Nadia sambil mengulurkan tangan mengajak bersalaman. Seketika itu juga Fian terpaku, dipikirannya hanya ada kejadian ini berkah atau insiden?, Tak sengaja tangan Fian menyambut datangnya uluran tangan dari Nadia.
      
               “I..iya aku Fian” Darah Fian mengalir kencang, jantungnya berdegup keras, pikiran Fian kacau saat memegang tangan Nadia. Tak lama Nadia pun berpaling meninggalkan Fian, pikiran Fian yang sedang kacau merespon agar memanggil Nadia dan mengungkapkan tujuan Fian sekarang juga, tetapi pikiran tersebut tertahan di pangkal lidah sampai akhirnya Fian memberanikan diri berucap “E..eeh tunggu”.

                “Apa?” terdengar suara yang renyah dari mulut Nadia,

“E..emm..emm” kata Fian dengan bimbang.

“Emm apa?” sahut Nadia dengan nada melembut setelah melihat muka Fian yang tegang.

“Ada sesuatu niih untuk kamu” ujar Fian dengan mengulurkan seikat bunga,

“Bunga?? Apa maksudnya ini..?” Belum sempat Nada melanjutkan pertanyaannya, Fian menyahut

“Aku sudah lama naksir kamu, kini aku nyatakan bahwa hatiku siap menampung kamu”. Nadia hanya terbengong mendengar perkataan Fian, kemudian berucap,

“Kamu sekarang sepertinya belum pas deh jadi pendampingku”. Setelah berucap seperti itu lantas Nadia berlalu meninggalkan Fian yang menunduk termangu – mangu.
               
                Sambil berjalan Fian meratapi kejadian tadi, hatinya remuk redam seperti dihantam godam, pikirannya menggalau, pandangan matanya yang semula mensiratkan kesemangatan kini terlihat kosong, dalam hatinya Fian berkata “ Tahukah kamu Nadia? Sejujurnya hatiku terasa sesak, penuh rasa yang tak bisa kuungkapkan ini. Aku tak tahan lagi memendam semua perasaan ini. Aku selalu gelisah, tak enak makan tak enak tidur. Semua ini seakan – akan merobek  - robek dadaku. Hidupku sekarang ini terasa penuh siksa dan derita .” gerutu Fian dalam hati. Antara rasa bersalah, menyesal, marah, kecewa semuanya berpadu menjadi satu menjadikan terciptanya sebuah perasaan yang aneh, perasaan yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan kata – kata, perasaan setelah ditolak cintanya. Pupus sudah harapan Fian memiliki hati Nadia, yang terjadi malah hati Fian sendiri yang terkena imbasnya, imbas ditolak cinta.
               
               Jam menunjuk angka 4 ketika Fian masih belum bisa move on dari kemelut yang menghinggapi hatinya. Udara di kamar itu terasa panas, padahal hujan telah mengguyur kampung Fian sejak 3 jam yang lalu. Dalam kegusarannya, Fian berjalan keluar rumah, berteduh dari gerimis kecil di dekat pohon jambu air yang menjadi tempat masa kanak - kanaknya bermain. Terasa semilir sejuk angin menerpa tubuh Fian, kemudian seirama dengan rintik hujan, Fian meneteskan air mata. Sementara itu arah jam 6 Fian terlihatlah Nadia, mukanya mensiratkan sedikit rasa bersalah, lalu berkata

“Fian ini aku Nadia.” Saat itu juga Fian berusaha menghentikan tangisnya, sambil berkata dengan suara parau “Ada apa?.”
Nadia menjawab “Ternyata aku salah menilaimu, puisi yang kamu tinggalkan di taman tadi begitu menyentuh hatiku, kini kamu bisa…….. memiliki hatiku Fian .” Terasa seperti dunia berhenti berputar, Fian tertegun mendengar kata – kata yang berasal dari mulut Nadia tadi, seketika dia membalikkan tubuhnya dan ….

                                                                                                                                                                      Bersambung ..

Sensasi Wayang

0 komentar


               Apa ini ? serasa saya menjadi salah satu tokoh dalam dunia marcapada ini. Atau malah saya seperti seorang dewa yang mempunyai kuasa penuh dalam dunia wayang dan bertempat tinggal di Kahyangan Jonggring Saloka ? Merasa sukma wayang itu merasuk kedalam tubuh saya.
                
               Ini dimulai ketika saya kelas 8 SMP waktu pelajaran KesDa dan disetelkan tentang wayang kulit dan wayang orang oleh guru saya, Pak Kasih Hanggeni. Dari sinilah saya mulai mendalami seluk beluk wayang Mahabharata, hingga suatu ketika saya menemukan buku MAHABHARATA karya Nyoman S.Pendit yang menceritakan sejarah Mahabharata dari mulai lahirnya Prabu Bharata sampai Prabu Parikeshit menjadi raja Hastinapura.
               
                Dari buku itulah saya memahami bahwa cerita Mahabharata sebenarnya menarik, kemudian saya mulai membeli novel – novel yang bertemakan wayang seperti Abimanyu karya Gesta Banyuadhy, Musnahnya Sengkuni karya Suwito Sarjono dan Pandawa Tu7uh karya Pitoyo Amrih, kesemua novel itu membuat saya semakin mengerti akan arti keberadaan wayang yang mulai dilupakan sekarang ini.
               
                Tapi sensasi wayang tadilah yang saya suka, seperti saya merasuki dan menjadi salah satu pelaku dalam dunia wayang. Bahkan saya pernah satu kali bermimpi tentang wayang. Ada juga satu hal tentang wayang yang belum pernah saya pahami secara penuh ceritanya yaitu misteri kematian Pandawa …

Bebas itu Kosong Omong, Ehh salah, Omong Kosong !!

0 komentar


              Sejak saya SD dulu, saya selalu dicekal papah saya agar tidak dolan ke luar rumah baik di waktu siang maupun malam hari. Jadi saya dilarang keluar rumah sehingga keseharian saya hanya berada di dalam rumah….. terus.
               
               Kemudian pada saat saya menginjak kelas 6 SD, saya mulai bandel apalagi setelah UN. Saya melupakan segala hal tentang pelajaran dan mendalami tentang game online. Kadang pulang tak tepat waktu dan bernagkat ke sekolah agak siang pulang sore. Bermain bersama kawan sampai lupa waktu. Aaahh kenangan itu ..
                 
               Setelah saya masuk SMP dengan hati tak rela.. Nilai pelajaran saya anjlok dan sayapun kembali menjadi bulan – bulanan papah saya. Akhirnya nilai saya berangsur membaik dan akhirnya kini saya telah memasuki awal hidup perjalanan baru, yaitu kelas 9 SMP. Dan sayapun optimis menyongsong masa depan, seoptimis Arjuna saat melangkah tegap menuju padang Kurukhseta menghadapi perang Bharatayuda.

WAYANG ORANG SRIWEDARI

Minggu, 05 Oktober 2014 0 komentar


              Saya kira itu benar kata orang – orang bahwa melihat wayang orang itu mbosenin,bikin ngantuk dan ndak seru, lebih seru lihat bioskop. Tapi setelah saya membukikan kebenaranny ternyata tidak, malahan sama serunya dan bisa mengetahui cerita wayangnya.
                 
               Dengan harga tiket masuk Cuma Rp.3000, bandingkan dengan bioskop yang mencapai 20 ribuan. Bisa membuat kita tertawa cekakakan karena melihat tingkah polah Punakawan dan Limbuk Cangik yang sangat lucu. Sumpah!! Saya melihat satu kali saja ketagihan pengen lihat terus og.
              
                Saya pertama kali melihat iru pas episode Gatukaca kembar dengan cerita Punakawan menyamar menjadi Gatukaca agar bisa mengelabui musuh dan Punakawan pun bertingkah lucu saat menjadi Gatutkaca. Puwaaass banget saya melihatnya waktu itu.
                 
               Tetapi sayangnya saya tidak bisa foto bareng dengan pelaku wayang orangnya dan juga si wayang orangnya tidak terlalu jelas suaranya, apalagi saat bernyanyi, suara orangnya kalah dengan suara iringan gamelannya. Juga tempatnya kurang begitu bersih dan bahkan saat saya nonton wayang orang ada tikus lewatt. Wkwkwkw. Tapi saya doakan sukses buat Wayang Orang Sriwedari Solo!!