Nama Airlangga berarti “air yang
melompat”. Ia lahir tahun 990. Ayahnya bernama Udayana, raja kerajaan dari
Wangsa Warmadewa. Ibunya bernama Mahendradatta, seorang putri Wangsa Isyana
dari kerajaan Medang.
Airlangga menikah dengan putri pamannya
yaitu Dharmawangsa Teguh di Watan, ibukota kerajaan Medang (sekitar Maospati,
Magetan , Jawa Timur). Ketika pesta pernikahannya berlansung, kota Watan
diserbu raja Wurarari yang berasal dari Lwaram (desa Ngloram, Cepu, Blora),
yang merupakan sekutu dai kerajaan Sriwijaya. Dalam serangan itu, Dharmawangsa
Teguh tewas, sedangkan Airlangga lolos ke hutan. Saat itu ia berusia 16 tahun,
dan mulai menjalani hidup sebagai pertapa.
Setelah tiga tahun, Airlangga
didatangi utusan rakyat yang memintanya membangun kembali kerajaan Medang.
Ketika Airlangga naik takhta tahun 1009 itu, wilayah kerajaannya hanya meliputi
Pasuruan dan Sidoarjo saja. Pada tahun 1023, kerajaan Sriwijaya dikalahkan
Rajendra Coladewa raja Colamandala dari India. Hal ini membuat Airlangga lebih
leluasa mempersiapkan diri untuk menaklukkan pulau Jawa.
Sejak tahun 1025, Airlangga
memperluas kekuasannya dan pengaruhnya seiring dengan melemahnya Sriwijaya.
Pada tahun 1030 Airlangga mengalahkan Wisnuprabhawa raja Wuratan, Wijayawarma
raja Wengker, kemudian Panuda raja Lewa. Pada tahun 1032 raja wanita dari
daerah Tulungagung berhasil mengalahkan Airlangga. Istana Watan Mas
dihancurkan. Airlangga terpaksa melarikan diri ke desa Patakan ditemani Mapanji
Tumanggala, dan membangun ibukota baru di Kahuripan. Raja wanita pada akhirnya
dapat dikalahkan.
Airlangga naik tahta dengan gelar
abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga
Anantawikramottunggadewa. Airlangga juga memperluas wilayah kerajaan hingga ke
Jawa Tengah, bahkan pengaruh kekuasaannya diakui sampai ke Bali. Pada tahun
1042 Airlangga turun tahta menjadi pendeta, menurut prasasti Gandhakuti (1042)
yang menyebut gelar kependetaan Airlangga adalah Resi Aji Paduka Mpungku Sang
Pinaka Catraning Bhuwana.
0 komentar:
Posting Komentar